Malam itu umurku lima belas
Itulah perjalanan yang telah kulampaui
Aku sadar telah membuka pintu yang membiarkan dingin masa depan
Yang membuat aku kehilangan kesempatan
Tiup lilin tercipta keraguan
Potong kue tercipta kesedihan
Seiring lagu yang dinyanyikan aku berdiri karena tak ada kursi
Bersama tubuhku yang terdiam terpaku
Lalu hujan menderaskan ingatan
Terfikirkan secangkir keluhan masa lalu
Sendiri dan terlalu sibuk mengeluh
Tanpa setitik syukur yang membekas
Kemudian angin melapurkan senoda harapan
Harapan yang tumbuh terawat oleh do'a
Kini harapan menjelang hilang bersama mentari yang terlelap
Tanpa ada secerca cahaya sebuah harap
No comments:
Post a Comment